ira produktif menulis? nggak juga, hanya sedang punya waktu luang lebih banyak dari biasanya...
hari ini, setelah sepanjang malam merasa iri pada keramaian, setelah terbangun di pagi buta mendengar suara lara seorang sahabat, setelah tidur berakhir dengan nyaman dan bersahabat dengan air dingin di pagi hari, ada damai yang miris mengiris rasa ketika dewi lestari bersuara:
sahabatku, usai tawa ini
izinkan aku bercerita:
telah jauh, kumendaki
sesak udara di atas puncak khayalan
jangan sampai kau di sana
telah jauh, ku terjatuh
pedihnya luka di dasar jurang kecewa
dan kini sampailah, aku di sini...
yang cuma ingin diam, duduk di tempatku
menanti seorang yang biasa saja
segelas air di tangannya, kala kuterbaring...sakit
yang sudi dekat, mendekap tanganku
mencari teduhnya dalam mataku
dan berbisik: “pandang aku, kau tak sendiri, oh dewiku...”
dan demi Tuhan, hanya itu saja yang kuinginkan
sahabatku, bukan maksud hati membebani, tetapi...
telah lama kumenanti
satu malam sunyi untuk kuakhiri
dan usai tangis ini, aku kan berjanji...
untuk diam, duduk di tempatku
menanti seorang yang biasa saja
segelas air di tangannya, kala kuterbaring...sakit
menentang malam, tanpa bimbang lagi
demi satu dewi yang lelah bermimpi
dan berbisik: “selamat tidur, tak perlu bermimpi bersamaku...”
wahai Tuhan, jangan bilang lagi itu terlalu tinggi
(curhat buat sahabat – rectoverso)
gue jadi inget suatu sabtu subuh di perjalanan pulang dari jakarta kotatua bersama seorang sahabat dan kawan baru, terjadi rebutan cerita ttg kesederhanaan. “emang kenapa sih, ra, cewek sekarang udah nggak bisa menghargai kesederhanaan?” “cewek tuh sekarang maunya apa sih?” “emang nggak bisa ya pacaran cuma makan bakso?” “pacaran kayak jaman galih dan ratna gitu...”. gue jawab apa? nggak jawab apa2 - cuma senyum. selain gue lagi nggak punya suara, saat itu gue jg nggak tau jawaban yang tepat.
tapi gue ngalamin banget pacaran format itu. malem minggu hanya ke supermarket beli bahan mentah trus masak di rumah, hanya nonton tv atau dvd, sekali2 ke bioskop kalo ada film yang bagus, duduk2 di teras kontrakan sambil minum swissmiss marshmallow, atau yang satu baca buku yang satu maen game perang di komputer, ditemenin latihan jujitsu atau hanya duduk2 di warkop ngobrol ngalor-ngidul. kalaupun rada niat ya pergi makan cantik – baju rapi cari restoran enak dan tenang trus dinner2an manis gitu (karena nggak sering, pergi makan cantik selalu jadi berkesan...). tenaaang, bukan karena nggak punya duit, tapi karena pingin aja ada di tempat yang ya-udah-gitu-aja demi pencapaian waktu bersama yang berkualitas. hahahahaha...ya ya ya, gue tau itu dulu, tapi buat gue itu kesedehanaan yang menyenangkan.
sebenernya bukan format pacarannya yang jadi masalah bukan? mungkin format pasangannya aja yang perlu disetel dengan baik, kalau pada dasarnya pasangan lo orang yang nggak sederhana, ya sulit dong untuk diajak pacaran format sederhana? kalau emang udah kecetaknya pacaran harus nonton bioskop, harus party, harus dinner, harus ini itu dengan gaya dan berkelas, yaaa mau gimana ya? ikutin atau tinggalin. jangan perlu berusaha terlalu keras untuk merubah dia ngikutin gaya lo, cong, kesian...kalau dia berubah demi lo doang, ntar bisa kumat sewaktu-waktu – repot!
terrruuusss...apa hubungannya lagunya dewi lestari sama wacana gue di atas? hayo hayo, apa coba menurut lo hubungannya? :)
episode ini ada karena: gami, andre, patty dan putri. thanks, dear friends.
[ditulis 26 oktober 2008 - 21:25 wita di bahodopi]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar